Perjalanan pulang ke Jogja dari piknik di Semarang, mengharuskan saya singgah di Ungaran. tujuannya, mencicipi sate sapi Pak Kempleng.
sebenernya ada banyak sate pak kempleng di ungaran. saya sendiri tak bisa memastikan mana yang paling asli diantara yang mengaku paling asli. dihitung-hitung, ada lima kedai sate sapi yang menyandang nama Pak kempleng di sepanjang Jalan Diponegoro, Ungaran.
Sate pak kempleng ini adalah hasil rintisan puluhan tahun Pak kempleng menjajakan sate sapi di Ungaran. dengan angkringan, Sakimin-nama asli Pak Kempleng-keluar masuk gang di kota kecil berhawa dingin itu untuk menawarkan sate sapi kepada para langganannya. setiap malam, perjalanan Pak kempleng selalu berakhir di alun-alun Ungaran sampai akhir hayatnya.
Setelah Sakimin meninggal, tak ada penerus yang melanjutkan usaha sate sapi ini. padahal, ketika itu sate sapi Pak kempleng sudah dikenal oleh banyak pelanggan. “Pak Sakimin meninggalkan nama kempleng yang kondang,” kata M. Hamzah, cucu Pak Sakimin.
Dua tahun kemudian, pada 1980-an, Sumorejo, seorang anak Sakimin, mulai berjualan sate sapi lagi. ia bukan cuma bermodal nama Pak Kempleng, ia juga mengikuti jejak bapaknya itu. “Bapak saya berjuang dari nol, dari memikul, dorongan, hingga mangkal di alun-alun,” cerita Hamzah, anak Sumorejo.
sate Sumorejo menjadi pengobat rindu langganan almarhum Pak Kempleng. sampai akhirnya, pada 1986 Sumorejo mampu menyewa sebidang lahan di pinggir jalan Ungaran untuk berjualan sate sapi.
Kedai Sumorejo yang sekarang dikelola Hamzah adalah kedai sate sapi Pak kempleng yang pertama. lainnya adalah milik para kerabat Hamzah. “Nama Pak kempleng sudah saya patenkan, sehingga orang lain tidak bisa memakai nama itu,” tutur Hamzah. Tentu saja, keluarga sendiri mendapat keistimewaan.
Sesuai dengan petunjuk ayahnya, Hamzah membakar sate menggunakan kipas dan arang kayu. “Kipas yang berirama membuat sate matang lebih merata,” ujar Hamzah. semilir angin yang mengalir kadang-kadang membawa aroma sate itu memenuhi seluruh ruangan.
Pengunjung boleh memilih sendiri sate yang ingin disantapnya. hamzah meletakkan sate yang belum dibakar itu dalam beberapa wadah yang dibedakan berdasarkan isi tusukannya. ada enam jenis satai: sate daging, usus, hati, ginjal, babat, paru, limpa, dan kapur (lemak sapi). pembeli boleh memilih sate yang berbeda dalam satu porsi. Hati-hati, tangan akan terasa lengket jika terkena bumbu sate ini.
Sebagai teman makan sate, bisa memilih nasi atau lontong. saya sendiri memilih nasi. sebagai pasangannya, saya mendapatkan sambal kacang dan irisan cabe dan bawang merah yang diletakkan di cawan yang terpisah. saya menyantapnya dengan menenggelamkan sate ke dalam cawan sambal kacang, menggigitnya perlahan dan menikmati empuk daging sate sapi.
Konon, sebelum ditusuk satu per satu, Hamzah merendam daging sapi ke dalam bumbu terlebih dulu. soalnya, bila direndam lebih lama, bumbu akan lebih meresap. rasa manis sate berasal dari gula aren yang menjadi bumbu utama selain rempah-rempah. sedangkan daging yang empuk didapatkannya dari bagian khas dalam dan lulur. Hamzah selalu berusaha menggunakan daging kualitas nomor satu. “Saya mempunyai langganan pemasok tempat jagal di Salatiga,” ujarnya.
Hanya ada menu sate di kedai Pak kempleng yang dikelola Hamzah ini. Pasalnya, “Dulu, Bapak berpesan tidak boleh menambahkan menu lain,” tutur Hamzah. Meski hanya satu menu, pengunjung kedai Hamzah tak pernah sepi. Saat hari Minggu, misalnya, Hamzah harus mengolah 60 kg daging sapi dan 2 kg untuk masing-masing jeroan. Pada hari raya, jumlah itu bisa berlipat, sampai satu kuintal lebih.
RM Sate Sapi Pak Kempleng
Jl. Diponegoro 265 Ungaran, Jawa Tengah
Telepon (024) 6923314
(catt: sejarah sate ini saya cuplik dari KONTAN)
waregbanget.wordpress.com